Timnas Indonesia Digasak Australia 1-5: Mental Pemenang Masih JauhTim nasional Indonesia kembali gagal meraih kemenangan setelah dicukur Australia 1-5.
Hasil ini, sejujurnya, tidak mengejutkan. Para pemain timnas memang tidak terbiasa menang di klub masing-masing. Bahkan, beberapa lebih sering menjadi penghuni bangku cadangan. Sulit berharap mereka memiliki mental pemenang.
Coba tengok Jay Idzes. Dari 16 pertandingan terakhir bersama Venezia (Serie A Italia), ia hanya menang sekali. Thom Haye (Almere City, Eredivisie Belanda) sedikit lebih baik, tapi tetap buruk—hanya dua kemenangan dalam 16 laga. Klub mereka pun masih berkutat di zona degradasi.Calvin Verdonk (NEC Nijmegen, Eredivisie) hanya menang tiga kali dalam 16 pertandingan terakhir.
Mees Hilgers (Twente) lumayan, dengan dua kemenangan dalam lima laga terakhir. Tapi pekan ini, Twente dibantai Feyenoord 2-6 di kandang sendiri. Hilgers pun ditarik keluar di menit ke-60 saat melawan Australia.
Debutan timnas lain, Ole Romeny (Oxford, Championship), hanya menang sekali dalam 10 pertandingan terakhirnya. Dean James (Go Ahead Eagles) sedikit lebih baik, dengan empat kemenangan dalam enam laga, tapi ia jarang bermain penuh. Rafael Struick (Brisbane Roar) bahkan lebih parah—10 laga terakhirnya berakhir tanpa kemenangan, dan ia selalu tampil dari bangku cadangan.
Situasi tak lebih baik bagi Marselino Ferdinan (Oxford), yang bahkan belum pernah bermain di Championship musim ini. Satu-satunya penampilannya terjadi di Piala FA, di mana ia hanya main satu menit dan langsung mendapat kartu kuning. Nathan Tjoe-A-On (Swansea) pun minim menit bermain—baru tiga kali tampil sepanjang musim.Di Liga Denmark, Kevin Diks (FC Copenhagen) hanya menang sekali dalam lima laga terakhir.
Kiper Maarten Paes (FC Dallas), yang kebobolan lima gol dari Australia, baru bermain empat kali musim ini dan sudah kemasukan delapan gol.Pemain lain yang masuk di babak kedua, Eliano Reijnders (Zwolle), hanya bermain sekali dalam enam laga terakhir klubnya—yang semuanya tanpa kemenangan.
Sandy Walsh pun baru tiga kali tampil di Yokohama Marinos, dengan satu kemenangan. Sebelumnya, di KV Mechelen, ia hanya bermain enam kali dalam setengah musim Liga Belgia.
Bagaimana dengan pemain lokal? Rizky Ridho (Persija) dalam enam pertandingan terakhir hanya menang sekali. Ivar Jenner (Jong Utrecht) dalam 10 laga terakhirnya juga hanya menang sekali. Ramadhan Sananta (Persis Solo) sedikit lebih baik, menang tiga kali dalam delapan laga, tapi hanya dua kali bermain penuh.
Dengan materi pemain seperti ini, ekspektasi tinggi terhadap timnas mungkin kurang realistis. Lolos ke putaran final Piala Dunia? Hampir mustahil. Harapan kita satu-satunya adalah “keajaiban.”
Kita pernah mendapatkannya saat mengalahkan Arab Saudi—tim yang sempat menundukkan Argentina di Piala Dunia 2022.Ya, dalam sepak bola, keajaiban memang bisa terjadi. Tapi, seberapa sering kita bisa bergantung pada keajaiban ?